Strategi Jitu untuk Pelaku Usaha Kuliner
BECKER.BIZ.ID-Secara sederhana, impulse buying adalah ketika konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk tanpa ada rencana sebelumnya.
Hal ini sebenarnya sangat menguntungkan bagi pelaku usaha karena dapat memberikan tambahan penjualan, sekaligus meningkatkan pendapatan secara keseluruhan.
Jika konsumen memang berniat untuk datang dan menikmati kopi di kedai kita, itu sudah merupakan proses yang direncanakan.
Namun, ketika mereka tiba di outlet, kemudian melihat gambar sop buntut yang sangat menggugah selera, lalu memutuskan untuk membelinya—itulah yang disebut dengan impulse buying.
Contoh lainnya, ketika seseorang sedang membuka aplikasi TikTok dan melihat siaran langsung dari penjual yang menawarkan dessert Nutella layer dengan diskon menarik, kemudian secara spontan mengklik ikon keranjang untuk membelinya—ini juga termasuk impulse buying.
Intinya, impulse buying adalah skenario yang dapat dirancang dan direncanakan. Artinya, ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan sebuah strategi yang bisa diterapkan dalam bisnis.
Impulse Buying, Naikin Jualan dengan Sihir Marketing
Lalu, di mana saja sebenarnya impulse buying ini dapat diterapkan? Berikut beberapa medianya:
Live selling – misalnya melalui TikTok, Tokopedia, atau Shopee.
Platform pengantaran makanan – seperti Gojek, Grab, atau ShopeeFood.
WhatsApp Business, email marketing, dan tentu saja secara langsung di outlet.
Selanjutnya, bagaimana cara membuat konsumen terdorong melakukan impulse buying terhadap produk dari brand kita? Berikut 7 strategi yang dapat diterapkan:
1. Penawaran Terbaik, Promo Diskon, atau Bundling
Strategi ini umum digunakan oleh brand yang berjualan secara daring atau melalui layanan pengantaran.
Contohnya, staf diberikan arahan untuk menawarkan semua menu berbahan udang dengan potongan harga 30% setelah konsumen memesan menu utama. Ini merupakan bentuk upselling yang cukup efektif.
2. Promosi Melalui Influencer
Impulse buying juga bisa ditingkatkan dengan melibatkan influencer untuk mempromosikan produk. Misalnya, setelah melihat influencer mempromosikan makanan di TikTok, seseorang langsung membuka aplikasi dan melakukan pembelian meskipun awalnya tidak berniat.
3. Tampilan Visual dan Video
Visual memiliki pengaruh besar dalam membangkitkan keinginan membeli. Misalnya, seseorang awalnya hanya berniat membeli ayam goreng, tetapi setelah melihat gambar makanan seperti sambal mangga, pete teri, dan gurame, akhirnya tergoda untuk membeli semuanya.
4. Penawaran Terbatas dan Mendesak (Limited & Urgent Offering)
Contohnya seperti, "Hanya berlaku selama satu jam!", "Khusus hari ini!", atau "Beli sekarang, dapatkan merchandise eksklusif." Batasan waktu ini mendorong konsumen untuk segera mengambil keputusan pembelian.
5. Strategi Aroma yang Menggoda
Seperti pedagang sate yang mengipas dagangannya agar aroma tercium lebih jauh. Di outlet, bisa dilakukan dengan membawa makanan beraroma khas keliling area outlet agar aromanya menyebar dan menggugah selera pelanggan.
6. Pengumuman Khusus
Misalnya, ada pengumuman mendadak seperti, “Sop buntut hanya tersedia 10 porsi dengan harga Rp10.000!” Strategi ini mampu menarik perhatian pengunjung yang awalnya tidak berencana membeli.
7. Demonstrasi atau Sampling Produk
Contohnya, staf memberikan contoh makanan seperti tiramisu dalam porsi kecil kepada konsumen yang sudah selesai makan. Jika rasanya disukai, mereka bisa terdorong untuk menambah pesanan.
Demikian tujuh strategi impulse buying yang dapat Anda terapkan dalam bisnis kuliner. Semoga informasi ini bermanfaat.(*)

COMMENTS