BECKER.BIZ.ID- Pada artikal kali ini , kita akan membahas sepuluh teknik dan pendekatan dalam membuat tagline yang efektif dan be...
BECKER.BIZ.ID-Pada artikal kali ini, kita akan membahas sepuluh teknik dan pendekatan dalam membuat tagline yang efektif dan berdampak.
Tagline merupakan salah satu elemen penting dalam membangun nilai merek (brand) dan penjualan dalam bisnis kuliner. Sayangnya, masih banyak pelaku usaha yang kurang memahami atau mengabaikan pentingnya tagline.
Sebagian besar bisnis kuliner hanya memiliki tagline sebagai formalitas, bahkan ada yang membuatnya tanpa tujuan strategis. Beberapa pelaku usaha juga meminta staf atau desainer untuk sekadar menambahkan tagline tanpa konsep yang jelas.
Dalam sesi ini, kamu akan mempelajari pentingnya tagline. Tagline merupakan kunci dalam membangun nilai merek yang kuat serta berperan dalam meningkatkan penjualan.
Penting untuk diingat bahwa tagline juga bersifat strategis. Sekarang, mari kita tinjau kembali tagline yang telah dibuat, lakukan evaluasi, dan bila perlu, buat ulang tagline agar lebih efektif.
Pertanyaan yang sering muncul mengenai tagline antara lain: bagaimana cara membuat tagline yang tepat, atau apakah tagline yang dimiliki sudah sesuai.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas berbagai pendekatan atau teknik yang dapat digunakan untuk membuat tagline yang tepat dan berdampak positif bagi merek serta penjualan.
Sebagai catatan, kamu disarankan melakukan riset terlebih dahulu terkait target pasar dan kompetitor.
Teknik dan Pendekatan Membuat Tagline
1. Kekuatan Utama atau Core Kompetensi
Teknik ini menekankan kekuatan utama merek kepada target pasar. Misalnya, Saray BX dengan tagline “gandum, vegan, dan halal” menunjukkan spesialisasi dan keunggulannya di roti gandum, produk vegan, dan halal.
Hindari tagline yang terlalu umum seperti “healthy lifestyle” agar konsumen segera memahami keunggulan merek.
2. Kedekatan Emosional atau Emotional Connection
Teknik ini menciptakan kedekatan emosional dengan target pasar. Contohnya: “Coffee for Students”, restoran Sunda untuk keluarga, donat untuk ibu dan anak, atau “Place for Korean Fans”.
Tagline seperti ini memudahkan target pasar mengenali merek dan mengurangi keraguan untuk datang.
3. Pembeda Utama dengan Pesaing atau Strong Differentiation
Teknik ini menonjolkan perbedaan merek dibanding pesaing. Misalnya: “lebih pedas, lebih murah dari tetangga sebelah” atau layanan yang lebih cepat, nyaman, dan terjangkau.
Pembeda utama tidak harus selalu bersifat kuantitatif; dapat juga berupa kata-kata kreatif, misalnya “Katering dadakan, siap 10.000 box dalam 1 hari”.
4. Memperjelas Produk atau Kategori
Teknik ini bertujuan memperjelas produk yang dijual, terutama bagi brand yang baru mulai dan belum dikenal.
Contohnya: “Bebek Sambal Hitam Madura”, “Sop Buntut Lepas-Lepas Iga Super Lembut”, atau “Ayam Bakar Tiga Rasa”. Tagline yang jelas membantu konsumen mengetahui produk dan keunggulannya dibanding pesaing.
5. Membangun Kepercayaan atau Trust and Credibility
Teknik ini membangun kepercayaan terhadap merek dan produk. Contohnya: “Resep rahasia sejak 1920”, “Melayani sejak 1940”, atau “Nasi Goreng Masterchef, ayam paling ramai di Pontianak”.
Teknik ini menggunakan informasi waktu, data, atau fakta untuk menegaskan kualitas dan kredibilitas produk.
6. Memperkuat Posisi Merek atau Strengthen Brand Positioning
Teknik ini menguatkan persepsi merek di benak konsumen. Misalnya, sebuah coffee shop ingin dikenal sebagai tempat “work from anywhere”.
Tagline yang dibuat harus relevan dengan persepsi tersebut, contohnya: “Coffee Reveno, ngopi enak, kerja nyaman”.
7. Klaim Tanpa Data atau Assumption Base
Teknik ini membuat klaim berdasarkan asumsi atau opini satu arah. Contohnya: “Sapi bakar terenak nomor dua di Palembang”, “Kambing bakar nomor dua di Timur Tengah”, atau “Rajanya bakso urat dan tulang iga”. Klaim ini banyak digunakan, namun sebaiknya dikonsultasikan dengan pihak legal terlebih dahulu.
8. Klaim Berdasarkan Data atau Based on Data
Kebalikan dari teknik sebelumnya, tagline dibuat berdasarkan data nyata. Misalnya: “Ayam crispy nomor satu terbanyak di Indonesia”, “Jaringan kopi terbanyak di Indonesia”, atau “Mie pedas nomor satu di Indonesia berdasarkan survei 5.000 responden”.
9. Teknik Viral atau Virality Purpose
Tagline dibuat agar cepat dikenal dan menarik perhatian publik.
Contohnya: “Spesialis Nasi Goreng Waku A5”, “Sambal terpedas di dunia”, “Balungan dinosaurus”, atau “Sate yang didatangi oleh 120 negara”. Teknik ini efektif untuk memperkenalkan merek dengan biaya pemasaran yang minim.
10. Membangun Rasa Penasaran atau Building Curiosity
Teknik ini menggunakan kata-kata yang membangkitkan rasa penasaran agar konsumen tertarik datang dan membeli. Contohnya: “Ramen Marindo, kuah kaldunya direbus selama 20 jam”, “Mie ayam Ako Aoy olahan telur unta”, atau “Nasi Goreng Pak Ajat, rempah khas dari Kupang”.
Nah, itulah sepuluh teknik yang dapat dimanfaatkan dalam bisnis kuliner.
Masih banyak teknik lain, namun yang terpenting adalah memahami bahwa tagline sangat penting.
Dalam menentukan teknik yang digunakan, selalu dasarkan pada data, fakta, informasi, dan insight, bukan asumsi atau sekadar menebak.
Semoga bermanfaat. (*)

COMMENTS