Mengelola Cashflow untuk Pebisnis Kuliner Agar Usaha Stabil dan Berkembang
BECKER.BIZ.ID-Dalam dunia bisnis kuliner yang dinamis dan penuh tantangan, kemampuan untuk mengelola keuangan secara efektif menjadi salah satu kunci utama keberhasilan.
Salah satu aspek terpenting dalam pengelolaan keuangan adalah manajemen arus kas (cash flow management).
Arus kas tidak hanya menggambarkan seberapa besar pemasukan dan pengeluaran yang terjadi, tetapi juga menjadi indikator kesehatan finansial usaha.
Tanpa perencanaan arus kas yang tepat, pelaku usaha berisiko mengalami kekurangan dana di saat-saat krusial, meskipun secara umum bisnis terlihat berjalan lancar.
Bagi pelaku usaha kuliner, arus kas memiliki peran vital karena sektor ini memiliki siklus operasional harian yang cepat, seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji, dan biaya operasional lainnya.
Dengan menerapkan manajemen arus kas yang baik, pebisnis dapat merencanakan pengeluaran dengan lebih bijak, menghindari pemborosan, serta memastikan kelangsungan usaha dalam jangka panjang.
Lebih dari itu, pengelolaan arus kas yang disiplin juga membantu dalam pengambilan keputusan strategis, seperti ekspansi usaha, pembelian aset, hingga pemberian insentif karyawan.
5 Manfaat Cashflow Management Untuk Pebisnis Kuliner
- Mengontrol jangan sampai uang keluar dan masuk
Manfaat Pertama Dengan memahami manajemen arus kas, kita dapat mempelajari cara mengendalikan arus uang masuk dan keluar.
Hal ini penting agar tidak terjadi kondisi di mana pengeluaran lebih besar daripada pemasukan.
Manajemen arus kas memungkinkan kita untuk menyusun perencanaan keuangan yang terstruktur.
Misalnya, kita dapat membuat rencana arus kas bulanan, triwulanan, semesteran, hingga tahunan.
Sebagai contoh, jika proyeksi pendapatan harian adalah Rp2.000.000, maka dalam satu tahun (365 hari) totalnya mencapai Rp730.000.000.
Jika kita sudah mengetahui estimasi pendapatan sebesar Rp730 juta per tahun, maka total pengeluaran tidak boleh melebihi angka tersebut. Apabila kita ingin mengambil keuntungan atau dividen sebesar Rp100 juta, maka pengeluaran maksimal hanya boleh Rp630 juta.
Dari angka tersebut, kita dapat mulai menyusun alokasi biaya, seperti untuk sewa tempat, operasional harian, cicilan utang, dan lain sebagainya. Dengan demikian, kondisi keuangan akan lebih terstruktur dan terkendali.
2. Memprediksi timing tepat untuk pengeluaran-pengeluaran jumlah besar untuk investasi
Manfaat Kedua, Sering kali kita merencanakan pengeluaran dalam jumlah besar, seperti pembelian peralatan atau pembukaan cabang baru, namun lupa mempertimbangkan kondisi arus kas.
Sebagai contoh, hingga bulan Februari kita memiliki saldo sebesar Rp100 juta. Karena melihat nominal tersebut cukup besar, kita mungkin tergoda untuk menggunakan Rp60 juta untuk keperluan pribadi.
Namun, ternyata pada bulan Maret kita harus membayar perpanjangan kontrak sebesar Rp35 juta, lalu di bulan April membayar utang sebesar Rp60 juta, belum termasuk kewajiban seperti Tunjangan Hari Raya (THR). Akibatnya, total kewajiban melebihi saldo yang tersedia.
Kondisi seperti ini terjadi karena tidak adanya perencanaan arus kas yang baik. Kita merasa memiliki dana lebih, padahal dana tersebut sebenarnya telah dialokasikan untuk kewajiban tertentu.
Oleh sebab itu, perencanaan arus kas sangat penting agar kita tidak menggunakan dana untuk hal yang tidak seharusnya.
3. Memberikan gambaran jumlah uang yang harus dikumpulkan salam satu periode bisnis
Manfaat Ketiga, Dengan perencanaan keuangan yang baik, kita dapat melihat gambaran besar kondisi bisnis secara menyeluruh.
Misalnya, jika pendapatan harian sebesar Rp2 juta menghasilkan Rp730 juta dalam setahun, namun setelah dikurangi seluruh biaya hanya tersisa Rp25 juta, padahal target keuntungan kita adalah Rp100 juta, maka perlu dilakukan revisi terhadap target pendapatan harian.
Dari kondisi ini, kita dapat menyusun ulang strategi bisnis, misalnya dengan menaikkan target pendapatan harian menjadi Rp3 juta atau lebih.
Tanpa adanya perencanaan arus kas, hal seperti ini tidak akan bisa kita sadari dengan tepat waktu.
4. Dapat mengetahui pengalokasian dana yang tepat untuk melakukan pembayaran terjadap cicilan hutang bisnis
Manfaat Keempat, Kita dapat mengetahui batas maksimal dana atau anggaran yang boleh dikeluarkan.
Sebagai contoh, dari total anggaran Rp630 juta:
Rp300 juta dialokasikan untuk bahan baku
Rp200 juta untuk gaji karyawan
Sisanya untuk kebutuhan operasional lainnya
Dengan pembagian alokasi yang jelas, kita dapat mengatur seluruh biaya secara spesifik dan terukur. Kita juga dapat mengetahui kapasitas maksimal pengeluaran, sehingga bisa menghindari pemborosan atau kelebihan biaya (over-cost).
5. Dapat menjadikan acuan dalam Menyusun rencana
Manfaat Kelima, jika realisasi penjualan tidak mencapai target, maka kita harus segera menyesuaikan pengeluaran.
Contohnya, jika target pendapatan harian adalah Rp1 juta, maka dalam satu bulan seharusnya terkumpul Rp30 juta. Apabila biaya operasional direncanakan sebesar 60%, maka pengeluarannya adalah Rp18 juta.
Namun, jika kenyataannya penjualan hanya mencapai Rp20 juta, maka terjadi defisit Rp10 juta. Jika kita tetap membelanjakan Rp18 juta, maka keuangan akan mengalami kekurangan dana (tekor).
Dengan adanya pengendalian arus kas, kita dapat langsung mengetahui bahwa target tidak tercapai dan harus segera melakukan penyesuaian pengeluaran.
Misalnya, kita hanya boleh mengeluarkan 60% dari Rp20 juta, yaitu maksimal Rp12 juta. Atau, jika sangat mendesak, batas pengeluaran maksimum adalah Rp15 juta.
Yang terpenting adalah pengeluaran harus selalu disesuaikan dengan pemasukan (cash in) agar tidak mengalami krisis kas pada akhir bulan.
Demikianlah lima alasan penting mengapa setiap pelaku usaha kuliner perlu memiliki keterampilan dalam manajemen arus kas.
Dengan pengelolaan yang baik, bisnis dapat berjalan lebih stabil, terhindar dari risiko keuangan, dan mencapai target keuntungan secara maksimal.(*)
COMMENTS