Strategi Jitu Peluncuran Produk Baru untuk Bisnis Kuliner
BECKER.BIZ.ID-Hari ini, kita akan mengulas tujuh strategi peluncuran produk baru (New Product Launching/NPL) yang terbukti efektif dalam mengembangkan bisnis kuliner.
Peluncuran produk baru memiliki peranan yang sangat penting — bukan sekadar penting, tetapi sangat penting — karena menjadi bagian dari strategi besar (grand strategy) yang telah diterapkan secara global oleh berbagai merek ternama seperti Starbucks, KFC, dan McDonald’s.
Dalam sesi ini, kita juga akan menyinggung bagaimana menentukan apakah suatu produk baru perlu bertahan lama di pasar atau hanya diluncurkan dalam jangka waktu tertentu.
Sebagai contoh, mungkin Anda pernah meluncurkan produk seperti saus cokelat, namun kini produk tersebut sudah tidak beredar lagi.
Hal ini wajar, karena strategi peluncuran produk baru sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
Ada yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan (sales), ada pula yang dimaksudkan untuk membangun kembali kesadaran merek (brand awareness) agar konsumen mengingat kembali bisnis Anda.
Misalnya, seseorang berpikir,
“Sudah lama saya tidak makan di tempat itu, kebetulan mereka baru meluncurkan menu baru.”
Selain itu, peluncuran produk baru juga berfungsi menjaga agar merek Anda tetap relevan dengan target pasar. Contohnya, dua tahun lalu target pasar Anda mungkin siswa SMA, namun kini mereka sudah kuliah.
Generasi baru muncul, dan kini merek Anda harus menyesuaikan diri dengan selera pasar terkini agar tetap diminati.
Itulah sebabnya, peluncuran produk baru menjadi aspek yang sangat penting dalam bisnis kuliner. Mari kita bahas tujuh strategi peluncuran produk baru yang bisa diterapkan sesuai kondisi usaha Anda.
7 Strategi New Product Launching (NPL)
1. Strategi “Anak Teladan”
Strategi ini dilakukan berdasarkan business plan dan marketing calendar yang terencana dengan baik. Artinya, peluncuran produk dilakukan secara rutin dan konsisten, bukan secara mendadak.
Contoh penerapannya:
Setiap libur sekolah, peluncuran produk baru dilakukan karena permintaan pasar biasanya meningkat.
Atau, saat momen besar seperti Idulfitri, Natal, dan Tahun Baru, momen tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan produk baru.
Dengan demikian, strategi “anak teladan” berarti terencana, disiplin, dan konsisten — bukan peluncuran yang dilakukan tanpa perencanaan matang.
2. Strategi FOMO (Fear of Missing Out)
Strategi ini sering digunakan ketika pelaku usaha takut tertinggal tren pasar.
Misalnya, ketika tren es kopi susu sedang populer, banyak merek yang turut meluncurkan produk serupa agar tetap relevan.
Konsep dasarnya sederhana: Amati, tiru, modifikasi.
Atau versi kreatifnya, amati, tiru, dan berinovasi!
Strategi ini tidak salah, selama tetap disertai riset dan penyesuaian terhadap karakter merek.
Namun, hindari meniru tren yang sudah lewat terlalu lama, karena hal tersebut justru membuat produk tampak ketinggalan zaman.
3. Strategi “Keinginan Pemilik Usaha”
Strategi ini muncul karena keputusan sepihak dari pemilik bisnis.
Contohnya, pemilik ingin meluncurkan produk baru karena terinspirasi dari pengalaman pribadi, ide teman, atau ajakan dari rekanan tertentu.
Pendekatan seperti ini kurang tepat karena tidak berdasarkan data dan analisis pasar.
Di era bisnis modern, setiap keputusan sebaiknya diambil berdasarkan riset dan evaluasi, bukan semata karena keinginan pribadi.
4. Strategi “Terpaksa atau Mendesak”
Strategi ini sering diterapkan saat penjualan sedang menurun.
Biasanya, pelaku usaha berpikir, “Penjualan sedang lesu, sebaiknya kita luncurkan produk baru saja.”
Langkah ini tidak sepenuhnya keliru, karena bisa menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan.
Namun, strategi ini akan jauh lebih efektif jika dikombinasikan dengan strategi “anak teladan” agar tetap memiliki arah dan perencanaan yang jelas.
5. Strategi “Menjalin Kolaborasi”
Strategi ini dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lain, seperti merek minuman, merek es krim, atau bahkan influencer.
Tujuannya beragam: mulai dari memperluas jangkauan pasar, meningkatkan trafik penjualan, hingga memperkuat brand awareness.
Sebagai contoh, kolaborasi dengan merek lain untuk menciptakan menu edisi terbatas dapat menarik perhatian pelanggan baru dan meningkatkan daya tarik merek Anda.
Kolaborasi semacam ini juga memperluas jaringan audiens dan membangun citra merek yang lebih kuat di mata konsumen.
6. Strategi “Cuci Gudang”
Terkadang, peluncuran produk baru dilakukan untuk menghabiskan stok bahan baku yang berlebih.
Misalnya, bahan tertentu terlalu banyak di gudang akibat kesalahan prediksi penjualan.
Daripada bahan tersebut rusak atau terbuang sia-sia, lebih baik diolah menjadi menu baru.
Sebagai contoh, jika stok mi instan di gudang berlebih, Anda bisa menciptakan menu kreatif berbasis mi instan sebagai bahan utama.
Selain efisien dalam penggunaan bahan, strategi ini juga dapat menciptakan peluang pemasukan baru dengan biaya produksi yang rendah.
7. Strategi “Konsultan Profesional”
Strategi ini merupakan pendekatan yang dilakukan secara terukur dan berbasis analisis mendalam.
Biasanya mencakup riset pasar, analisis profitabilitas, serta evaluasi terhadap rantai pasok (supply chain).
Setiap aspek dihitung secara detail — mulai dari margin keuntungan, biaya produksi, hingga potensi pasar dan tren konsumen.
Strategi ini umum digunakan oleh perusahaan besar, namun juga dapat diterapkan oleh pelaku UMKM dengan pendekatan yang lebih sederhana: lakukan riset, uji coba, lalu evaluasi hasilnya.
Terdapat tujuh strategi peluncuran produk baru yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis Anda:
Anak Teladan – peluncuran yang terencana dan konsisten.
FOMO – mengikuti tren secara cerdas dan relevan.
Keinginan Pemilik Usaha – hindari keputusan yang tidak berbasis data.
Terpaksa atau Mendesak – solusi sementara saat penjualan menurun.
Menjalin Kolaborasi – perluasan pasar melalui kerja sama strategis.
Cuci Gudang – pemanfaatan stok untuk inovasi produk.
Konsultan Profesional – strategi berbasis analisis dan riset mendalam.
Semoga pembahasan ini bermanfaat dan dapat menjadi panduan bagi para pelaku bisnis kuliner.
Teruslah belajar dan berinovasi agar usaha Anda tetap berkembang, relevan, serta mampu bersaing di pasar yang dinamis.(*)

COMMENTS