Panduan Lengkap Menetapkan Harga Jual
BECKER.BIZ.ID - Pada artikel kali ini, kami akan membahas sepuluh pertimbangan penting dalam menetapkan harga jual pada bisnis kuliner.
Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana cara menentukan harga jual yang tepat untuk bisnis kuliner yang sedang dijalankan? Tentu saja, tidak sedikit pelaku usaha yang merasa kebingungan.
Penetapan harga jual memerlukan pertimbangan yang matang serta kajian yang mendalam, sebab harga jual merupakan aspek yang sangat strategis. Jika salah dalam menentukan harga, dampaknya bisa sangat merugikan bagi keberlangsungan bisnis.
Oleh karena itu, penting bagi setiap pelaku usaha untuk memahami hal ini dengan baik.
Mari kita simak bersama, 10 pertimbangan dalam menentukan harga jual pada bisnis kuliner:
10 pertimbangan dalam menentukan harga jual pada bisnis kuliner
1. Target Pasar (Target Market)
Siapa sebenarnya target pasar kita? Di mana mereka tinggal? Bagaimana kondisi wilayah tempat tinggalnya? Berapa usia mereka? Apa pekerjaannya? Bagaimana dengan jenis kelamin, pendapatan bulanan, dan sumber pendapatan mereka? Seperti apa daya beli dan frekuensi belanja mereka?
Bagaimana kebiasaan dan perilaku mereka? Berapa rata-rata pengeluaran mereka untuk kategori produk kita?
Pahami setiap aspek dari target pasar dengan cermat agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan harga. Bisa saja Anda ingin menetapkan harga yang rendah, tetapi persepsi pasar justru menganggap produk Anda murahan. Padahal, bisa jadi mereka tidak keberatan membayar dengan harga yang lebih tinggi.
2. Persaingan (Competition)
Berapa harga jual yang ditetapkan oleh pesaing Anda? Apakah tempat usaha mereka ramai pengunjung? Berapa gaji yang mereka bayarkan kepada karyawan?
Bagaimana APC (Average Per Customer) mereka? Seperti apa kualitas makanan yang ditawarkan?
Pahami kompetitor Anda dengan saksama agar dapat menetapkan harga yang tepat dan kompetitif. Dalam beberapa strategi, harga yang lebih agresif (lebih murah) dapat digunakan terlebih dahulu untuk menarik konsumen dan memicu mereka mencoba produk Anda.
3. Pangsa Pasar (Market Share)
Dalam beberapa kondisi, penetapan harga bertujuan untuk memperluas pangsa pasar secepat mungkin. Oleh karena itu, Anda dapat menggunakan strategi harga yang bersaing atau lebih murah daripada pesaing, tentunya dengan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap keuntungan dan kerugian usaha.
Prinsipnya, margin mungkin lebih tipis, tetapi dengan harga yang kompetitif, jumlah transaksi bisa lebih banyak sehingga pendapatan tetap meningkat.
4. Keunggulan Inti (Core Competition)
Harga jual juga dapat ditentukan berdasarkan keunikan atau keunggulan utama produk yang dimiliki.
Contoh: toko kue dengan 80 varian kue buatan sendiri. Ini adalah nilai tambah yang sulit ditiru oleh kompetitor.
Dengan demikian, Anda memiliki fleksibilitas untuk menetapkan harga lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung pada tujuan keuangan yang telah direncanakan.
5. Proyeksi Bisnis (Business Projection)
Harga jual harus ditetapkan dengan mempertimbangkan proyeksi jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang.
Kesalahan dalam menetapkan harga sejak awal dapat berdampak sistemik. Misalnya, menetapkan harga terlalu murah dengan HPP (Harga Pokok Produksi) yang tinggi, akhirnya toko ramai tetapi usaha tidak menghasilkan keuntungan.
Jika memang strategi awal adalah menguasai pasar, silakan dilakukan. Namun, rencanakan pula cara menaikkan harga secara bertahap ke depannya.
6. Pasar Lokal (Local Market)
Jika usaha Anda memiliki beberapa cabang di lokasi yang berbeda, maka strategi penetapan harga juga dapat berbeda.
Pertimbangkan penggunaan strategi harga bertingkat (tier pricing) karena daya beli, perilaku konsumen, dan tingkat persaingan berbeda di setiap wilayah.
Terlebih lagi jika Anda menggunakan sistem kemitraan atau waralaba, hal ini harus dirancang sejak awal.
7. Regulasi Pemerintah
Jangan abaikan kebijakan pemerintah, terutama terkait dengan harga bahan baku seperti cabai, ayam, dan lainnya.
Jika konsumen sangat sensitif terhadap kenaikan harga, maka solusi terbaik perlu dipertimbangkan dengan matang.
Selain itu, jangan lupakan kewajiban perpajakan seperti PPN 11%. Banyak pelaku usaha yang luput dari aspek ini dan akhirnya mendapatkan teguran.
8. Citra Merek (Brand Image)
Jika rata-rata harga kopi di pasaran Rp25.000, tetapi Anda ingin menjualnya seharga Rp35.000 karena ingin membangun citra premium, apakah bisa? Tentu bisa!
Bahkan Rp45.000 pun memungkinkan jika lokasi Anda berada di kawasan menengah ke atas. Lihat saja contoh harga teh TWG yang tergolong mahal, namun tetap memiliki pasar tersendiri.
Yang terpenting adalah bahwa setiap harga memiliki pasarnya sendiri. Maka jangan ragu menetapkan harga yang mencerminkan citra merek Anda.
9. Biaya Lain (Other Expenses)
Misalnya harga jual pusat adalah Rp10.000, lalu Anda menjualnya melalui sistem waralaba. Apakah harga jual untuk mitra juga Rp10.000?
Padahal terdapat biaya tambahan seperti ongkos kirim antarpulau, PPN 10%, margin bahan baku, dan sebagainya.
Jika harganya disamakan dengan pusat, bagaimana dengan keuntungan bersih mitra? Apakah masa pengembalian modal (payback period) masih masuk akal?
Harga jual dapat disamakan atau dibedakan tergantung pada beban biaya yang ditanggung oleh mitra.
10. Model Bisnis (Business Model)
Akhirnya, penetapan harga sangat bergantung pada model bisnis Anda.
Jika Anda hanya memiliki satu outlet di satu kota, harga seragam mungkin lebih mudah diterapkan.
Namun jika Anda menjalankan bisnis berbasis waralaba, maka perlu adanya strategi harga bertingkat atau multi-pricing berdasarkan hasil analisis lokasi masing-masing.
Menentukan harga jual bukan hanya soal menetapkan angka, tetapi merupakan bagian dari strategi bisnis yang menyeluruh.
Harga dapat menjadi faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah usaha.
Oleh karena itu, pastikan Anda telah mempertimbangkan sepuluh hal penting di atas sebelum menetapkan harga yang akan ditawarkan kepada konsumen.(*)
COMMENTS