6 Strategi Bertahan dan Tumbuh Lebih Cepat
BECKER.BIZ.ID - Pada artikel kali ini, kita akan membahas fenomena Amati, Tiru, Plek (ATP) yang tengah ramai dan menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Salah satu pemilik pebisnis kini sedang viral dan telah memiliki beberapa cabang, mengungkapkan bahwa konsep bisnisnya ditiru secara identik di kota lain.
Konsep toko, pilihan menu, hingga detail interiornya ditiru sepenuhnya.
Fenomena tiru-meniru memang tidak asing dalam dunia bisnis di Indonesia.
Ambil contoh sambal Gummy yang kini dikenal luas sebagai sambal bakar.
Konsep ini diyakini berasal dari Bontang, Kalimantan, kemudian menyebar ke berbagai daerah seperti Malang, dan akhirnya memunculkan banyak merek baru yang kini viral.
Apakah hal tersebut tidak termasuk peniruan? Sambalnya dibakar, menunya identik, dan konsep outlet-nya pun serupa.
Hal serupa juga bisa ditemukan pada bisnis kopi, roti, ayam goreng tepung, dan berbagai lini usaha lainnya yang tampilannya cenderung mirip satu sama lain.
Kecuali elemen seperti desain outlet, tata letak, suasana, serta menu yang dilindungi oleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), sebagian besar pelaku bisnis perlu menyadari bahwa ide dan inovasi sangat mungkin ditiru secara identik oleh pihak lain. Terutama jika bisnis tersebut sedang viral—tinggal menunggu waktu hingga muncul tiruan, bahkan bisa jadi versi yang lebih baik atau lebih inovatif.
Jika kita melihat dari sisi positif, peniruan justru menandakan bahwa ide yang kita miliki memang brilian, sudah tervalidasi, dan menjadi inspirasi bagi pelaku bisnis lainnya.
Bukankah hal itu juga merupakan bentuk pengakuan?
Inilah realitas persaingan. Jangan berharap bahwa pesaing akan memiliki etika, tata krama, atau pertimbangan emosional terhadap pemilik ide. Justru, jika semakin banyak yang meniru, pasar bisa menjadi teredukasi dan kategori produk tersebut dapat berkembang pesat.
Namun, di sisi lain, risiko seperti kelebihan pasokan (oversupply) dan kebiasaan konsumen yang belum terbentuk bisa menjadi tantangan tersendiri.
Inilah yang menyebabkan potensi pasar masih menjadi tanda tanya—apakah akan bertahan dalam jangka panjang atau justru cepat meredup?
Jadi, jika bisnis kita banyak ditiru, apakah kita hanya perlu pasrah? Tentu saja tidak.
Jika konsep kita telah tervalidasi, disukai konsumen, dan menghasilkan keuntungan, maka kita harus mengambil tindakan strategis.
Cepat atau lambat, jika bukan kita yang memperkuat dan memperluas ide tersebut, maka pihak lain yang akan melakukannya.
Berikut ini beberapa strategi yang dapat dilakukan:
1. Fokus pada Konsumen
Pastikan pelanggan merasa puas terhadap merek yang kita hadirkan. Ukur tingkat retensi pelanggan, seberapa besar mereka merekomendasikan brand, dan sejauh mana karyawan terlibat secara emosional dalam melayani.
2. Terus Berinovasi
Jangan cepat puas dengan pencapaian yang ada. Pesaing bisa saja tengah menyiapkan strategi untuk masuk ke wilayah pasar kita. Maka, penting untuk terus melakukan inovasi secara cepat—baik dari sisi produk, layanan, proses, hingga operasional.
3. Perbaikan Berkelanjutan (Continuous Improvement)
Lakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem internal bisnis. Apa saja yang dapat ditingkatkan? Apakah rantai pasok sudah siap untuk ekspansi? Apakah tim dan struktur organisasi telah siap menuju skala bisnis yang lebih besar?
4. Bertumbuh Cepat dan Otentik (Go Scale or Be Authentic)
Bangun bisnis dengan pertumbuhan cepat namun tetap berdasarkan fondasi yang kuat, baik dari sisi pemasaran, sumber daya manusia, operasional, keuangan, hingga aspek hukum. Keotentikan seperti inilah yang sulit ditiru oleh pesaing.
5. Bangun Merek yang Kuat (Brand Building)
Berikan alasan kuat kepada konsumen mengapa mereka harus memilih merek Anda. Jadikan brand Anda bukan hanya dikenal, tapi juga dicintai dan direkomendasikan oleh pelanggan setia.
6. Waspada dan Terus Perbarui Wawasan (Be Aware & Keep Updated)
Amati pergerakan pesaing, baik yang sudah hadir maupun yang belum muncul. Pelajari strategi mereka, kekuatan tim, dan pola ekspansi. Wawasan tidak hanya berasal dari pesaing langsung, tetapi juga dari produk lain yang berpotensi viral dan menggeser minat pasar.
Semoga penjelasan kali ini dapat menjadi inspirasi dalam menghadapi kerasnya persaingan bisnis kuliner, yang terkadang diwarnai praktik tidak etis.
Selama kita berada di jalur yang legal dan tidak melanggar hukum, fokuslah pada inovasi dan teruslah membangun merek yang kuat dan berkesan di hati konsumen.
Semoga bermanfaat.(*)
COMMENTS