Pertimbangan Penting Sebelum Memutuskan Meni
BECKER.IZ.ID - Memulai bisnis kuliner sering kali dihadapkan pada dilema klasik: lebih baik menawarkan banyak menu agar konsumen punya banyak pilihan, atau cukup fokus pada satu hingga dua menu andalan demi efisiensi dan kualitas? Pertanyaan ini bukan sekadar soal selera, tapi menyangkut strategi bisnis yang akan menentukan arah dan keberlanjutan usaha ke depan.
Di tengah persaingan yang semakin padat, keputusan terkait jumlah menu bisa jadi penentu kesuksesan atau justru menjadi beban operasional.
Di satu sisi, banyak menu dianggap mampu menarik lebih banyak konsumen karena memberikan variasi.
Namun, di sisi lain, terlalu banyak pilihan bisa menyebabkan kompleksitas dalam produksi, stok bahan baku, hingga pelayanan.
Sebaliknya, bisnis dengan sedikit menu cenderung lebih fokus, cepat dalam pelayanan, dan lebih mudah dikontrol, tapi risikonya adalah konsumen cepat bosan atau jenuh.
Lantas, mana yang lebih tepat? Mari kita kupas berbagai pertimbangan strategis sebelum Anda menentukan format menu terbaik untuk bisnis kuliner Anda.
Lalu, apa saja hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan jumlah menu dalam usaha kuliner?
Pertimbangan sebelum memutuskan jumlah menu dalam usaha kuliner
1. Model Bisnis
Apabila model bisnis yang dijalankan adalah warteg, warung nasi, atau rumah makan Padang, maka menyajikan banyak menu merupakan hal yang lazim dan bahkan diharapkan.
Akan terasa janggal jika rumah makan Padang hanya menyediakan lima jenis menu.
Sebaliknya, untuk bisnis seperti warung sate, sop buntut, atau bakso, menawarkan sedikit menu justru lebih relevan karena sifatnya yang sudah spesifik.
Konsumen yang datang pun umumnya sudah mengetahui apa yang ingin mereka pesan.
Dengan demikian, baik banyak maupun sedikit menu tidak dapat dikatakan salah atau benar. Yang paling penting adalah menu tersebut mampu menarik minat dan memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Kapabilitas dan Pengalaman Pemilik Usaha
Pertimbangkan apakah Anda memiliki pengetahuan, waktu, tim, serta pengalaman dalam mengelola banyak bahan baku.
Misalnya, membuka warung nasi memerlukan upaya yang cukup besar.
Kami pernah memiliki pengalaman membuka warung nasi dengan strategi branding dan promosi yang baik, tetapi tetap mengalami kerugian setiap bulan karena kurangnya pengalaman dalam manajemen operasional dan sumber daya manusia.
Mungkin saja hasilnya akan berbeda jika saat itu kami hanya fokus menjual ayam geprek, yang notabene lebih sederhana dan mudah dikendalikan.
3. Kapasitas Tempat dan Perputaran Konsumen
Jika kapasitas tempat duduk terbatas dan perputaran konsumen perlu dilakukan dengan cepat, maka menyediakan sedikit menu merupakan strategi yang lebih efisien. Contohnya dapat dilihat pada warung Mak Beng di Bali yang hanya menyajikan sop ikan dan ikan goreng.
Konsumen cukup menyebutkan jumlah porsi dan minuman, kemudian makanan langsung disajikan. Proses ini sangat efisien, layanan menjadi cepat, dan omset tetap maksimal.
4. Kebiasaan Konsumen
Kebiasaan konsumen juga merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan.
Jika Anda menargetkan keluarga sebagai konsumen utama—terutama yang mencari makanan sehari-hari—menyediakan banyak pilihan menu akan menjadi nilai tambah agar mereka tidak merasa bosan.
Setiap anggota keluarga dapat memilih menu sesuai dengan preferensinya.
Namun, apabila Anda fokus pada satu jenis menu seperti bebek goreng dan pasarnya cukup besar, hal tersebut juga tidak menjadi masalah. Justru dapat menjadi keunggulan karena bisnis Anda dikenal sebagai spesialis dalam menu tersebut.
5. Pengelolaan Inventori dan Harga Pokok Produksi (HPP)
Mengelola inventori untuk 10 SKU (Stock Keeping Unit) tentu lebih sederhana dibandingkan dengan 100 SKU.
Apalagi jika pengelolaan masih dilakukan secara manual dan sangat bergantung pada tenaga kerja. Risiko yang mungkin muncul meliputi kelebihan stok, bahan yang rusak, selisih stok, hingga kadaluarsa. Jika jumlah menu terbatas, pengawasan akan lebih mudah dan efisiensi biaya lebih tinggi.
Sebagai contoh, warung Mak Beng yang hanya memiliki satu menu jauh lebih mudah dikelola dibandingkan rumah makan Padang yang menyajikan puluhan menu.
6. Target Omset
Jika target Anda adalah omset sebesar Rp1 juta per hari atau Rp30 juta per bulan, dan target tersebut dapat dicapai dengan hanya menjual ayam goreng crispy, maka tidak perlu memperbanyak menu.
Namun, jika kompetitor di sekitar juga menjual menu serupa, maka Anda dapat mempertimbangkan untuk menyediakan variasi menu, seperti aneka gorengan, agar lebih sulit ditiru.
Intinya, keputusan tersebut kembali kepada potensi pasar di lokasi Anda.
7. Model Pengembangan Bisnis
Bila Anda memiliki rencana membuka banyak cabang dalam waktu singkat, maka bisnis dengan menu yang sedikit akan lebih mudah dikembangkan (scalable).
Membuka gerai ayam crispy dengan model kemitraan, misalnya, dapat memungkinkan pencapaian hingga 100 cabang dalam satu tahun.
Sebaliknya, membuka rumah makan Padang dalam skala besar akan jauh lebih menantang karena kompleksitas rantai pasok dan operasionalnya.
8. Kompleksitas Operasional
Semakin banyak menu yang ditawarkan, maka kompleksitas operasional pun akan semakin tinggi. Hal ini mencakup proses produksi, pengelolaan bahan baku, penentuan harga pokok produksi, hingga proses audit.
Bagi Anda yang merupakan ibu rumah tangga, pensiunan, atau pemula dalam bisnis kuliner, sangat disarankan untuk memulai dengan jumlah menu yang terbatas agar operasional lebih mudah dikelola.
9. Kompetitor Sejenis
Terakhir, perhatikan pula siapa kompetitor Anda. Apabila kompetitor menjual banyak menu dan tetap ramai dikunjungi, Anda mungkin perlu mengikuti strategi tersebut untuk bersaing. Namun, jika Anda mampu menjadi spesialis dalam satu atau dua menu unggulan yang berkualitas, hal tersebut justru bisa menjadi keunggulan tersendiri.
Secara umum, persepsi konsumen terhadap usaha dengan menu terbatas adalah bahwa kualitas makanannya lebih tinggi karena fokus dan spesifik.
Sebelum memutuskan apakah akan menjual banyak atau sedikit menu, pertimbangkanlah secara menyeluruh berbagai aspek berikut: model bisnis, kapabilitas pribadi, kapasitas tempat, kebiasaan konsumen, pengelolaan bahan baku, target omset, rencana ekspansi bisnis, kompleksitas operasional, serta posisi bisnis Anda dibandingkan dengan para pesaing.
Hindari mengambil keputusan hanya berdasarkan satu faktor semata.
Jika pesaing ayam goreng crispy di wilayah Anda sudah sangat banyak, namun belum ada yang menjual aneka gorengan yang unik, hal tersebut dapat menjadi peluang yang menjanjikan—meskipun membutuhkan pengelolaan bahan baku yang lebih kompleks.
Demikian pembahasan kali ini. Semoga informasi ini bermanfaat. (*)
COMMENTS