Peluang Usaha di Desa yang Minim Pesaing
BECKER.BIZ.ID-Jika dahulu banyak orang beranggapan bahwa hidup di desa merupakan jalan buntu, kini justru semakin banyak yang menyadari bahwa desa memiliki potensi luar biasa.
Dulu, gambaran tentang desa selalu identik dengan sawah yang luas, ayam berkokok setiap pagi, dan udara segar, namun sering dianggap serba terbatas.
Oleh karena itu, banyak anak muda pada masa lalu yang berpikir bahwa masa depan hanya dapat diraih di kota — dengan gaji tetap, lampu terang, serta gaya hidup modern.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak orang mulai memahami bahwa kota tidak selalu lebih baik, dan desa tidak selalu tertinggal.
Faktanya, desa kini justru sedang berkembang pesat. Alamnya masih asri, lahannya luas, biaya hidupnya rendah, dan tingkat persaingan usaha tidak sepadat di perkotaan.
Jika di kota membuka warung kopi bisa berhadapan dengan sepuluh pesaing dalam radius 100 meter, di desa cukup satu warung sudah dapat menjadi tempat berkumpul favorit masyarakat.
Artinya, peluang usaha masih terbuka lebar bagi siapa pun yang berani memulai.
Agar tidak hanya menjadi wacana, berikut beberapa ide usaha di desa yang dapat dijadikan inspirasi.
Ada yang sederhana tetapi memiliki keuntungan stabil, ada pula yang unik namun berpotensi besar jika dikelola secara serius.
11 Usaha di Desa yang Belum Banyak Pesaing dan Dapat Memberikan Keuntungan Minimal 700 Ribu/Hari
1. Usaha dari Minyak Jelantah
Siapa sangka minyak goreng bekas dapat menjadi sumber penghasilan? Di perkotaan, minyak jelantah telah banyak dikumpulkan untuk dijual ke pabrik biodiesel atau diolah menjadi sabun.
Namun, di desa masih banyak masyarakat yang membuangnya sembarangan. Padahal, jika dikumpulkan dari warung makan, rumah tangga, atau acara hajatan, hasilnya dapat sangat banyak.
Ada pelaku usaha yang mampu meraih omzet ratusan juta rupiah per bulan hanya dari menjual minyak jelantah kepada pengepul besar. Modalnya pun sederhana, cukup menyediakan jeriken dan kemauan untuk mengumpulkan. Bahkan, jika memiliki alat pengolah sendiri, hasilnya bisa lebih besar lagi.
Dari bahan yang dianggap kotor, ternyata dapat lahir bisnis yang sangat menguntungkan.
2. Usaha Daur Ulang Sampah Plastik
Sampah plastik di desa merupakan pemandangan yang umum, namun jika dilihat dari sisi bisnis, hal tersebut justru merupakan tambang uang.
Botol air mineral, gelas plastik, dan bungkus kopi dapat dijual ke pabrik daur ulang. Awalnya bisa dimulai dengan mengumpulkan dan memilah secara manual.
Namun, jika sudah berkembang, dapat membeli mesin pencacah agar hasilnya lebih bernilai tinggi.
Potongan plastik tersebut dapat dijual kembali atau diolah menjadi produk baru seperti pot bunga, ember kecil, atau bahan kerajinan. Banyak contoh nyata orang yang dulunya pemulung plastik, kini memiliki gudang sendiri dengan penghasilan puluhan juta rupiah per bulan.
Dari sampah yang kotor, ternyata bisa muncul keberkahan besar.
3. Usaha Briket Batok Kelapa
Bagi masyarakat desa yang banyak memiliki pohon kelapa, jangan hanya fokus pada santan atau kopra. Batok kelapa juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Saat ini, banyak restoran, kafe, bahkan hotel yang menggunakan arang dari batok kelapa yang diolah menjadi briket — lebih bersih, tahan lama, dan ramah lingkungan.
Ada pengusaha dari Pangandaran yang berhasil memperoleh omzet hingga miliaran rupiah per bulan dari bisnis briket ini.
Modal awalnya tidak besar, hanya membutuhkan alat cetak sederhana, tempat pembakaran, serta kemauan untuk mempelajari prosesnya.
Dari limbah sederhana dapat dihasilkan produk bernilai ekspor.
4. Usaha Rokok Herbal dari Bahan Alami
Usaha ini tergolong unik. Di beberapa desa penghasil tembakau, banyak warga mulai membuat rokok herbal. Ada yang menggunakan daun talas, ada pula yang mencampurnya dengan berbagai rempah-rempah lokal. Tujuannya adalah untuk menciptakan alternatif rokok yang lebih ringan dan alami.
Sebagai contoh, ada warga di Kudus yang sukses memproduksi rokok herbal berbahan daun talas.
Awalnya hanya diproduksi kecil-kecilan di dapur rumah, kini telah dipasarkan hingga ke luar negeri melalui media sosial. Kreativitas seperti ini membuktikan bahwa bahan lokal pun memiliki daya saing global.
5. Usaha Jasa Irigasi Pertanian
Berbicara tentang pedesaan tidak akan lepas dari kegiatan pertanian. Namun, masalah klasik yang sering dihadapi adalah persoalan air — terkadang berlebihan, terkadang kekurangan. Di sinilah peluang usaha muncul.
Apabila seseorang memahami sistem irigasi, ia dapat menawarkan jasa pemasangan atau perbaikan irigasi bagi para petani, mulai dari sistem tradisional hingga sprinkler modern. Upahnya pun cukup tinggi, terlebih jika hasil panen petani meningkat berkat bantuan tersebut.
Usaha ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberikan manfaat sosial yang nyata.
6. Usaha Ternak Burung Kicau
Suasana desa yang tenang sangat cocok untuk usaha ternak burung. Banyak penghobi burung rela membayar jutaan rupiah untuk seekor burung yang memiliki suara khas.
Ada kisah peternak burung di desa yang awalnya hanya menyalurkan hobi, namun kini memiliki puluhan sangkar dan penghasilan puluhan juta rupiah per bulan.
Kunci keberhasilan usaha ini adalah kesabaran dalam merawat, ketelatenan melatih, serta kemampuan menjual kepada komunitas pecinta burung.
Dari halaman rumah, dapat tumbuh usaha dengan omzet besar.
7. Usaha Serabut Kelapa Menjadi Coco Fiber
Selain batok kelapa, serabut kelapa juga memiliki potensi ekonomi yang besar. Setelah diolah, serabut tersebut menjadi coco fiber — bahan yang digunakan untuk jok mobil, kasur, hingga media tanam.
Banyak pelaku usaha kecil di desa yang sukses menjalankan bisnis ini. Modal yang dibutuhkan relatif kecil, cukup mesin pemintal sederhana. Pasarnya pun tidak hanya lokal, tetapi juga internasional.
Bahan yang dulu dianggap limbah, kini menjadi sumber penghasilan tetap.
8. Usaha Villa dan Homestay Bernuansa Pedesaan
Jika desa Anda memiliki pemandangan yang indah, pertimbangkan untuk membangun vila kecil atau homestay. Tren wisata saat ini telah berubah — wisatawan kota lebih menyukai suasana alami yang tenang dan estetik.
Bangunlah penginapan dengan konsep tradisional seperti rumah bambu, saung kayu, atau kamar dengan pemandangan sawah. Promosinya pun mudah, cukup melalui media sosial atau platform pemesanan daring.
Banyak wisatawan yang rela membayar mahal untuk menikmati pengalaman autentik di pedesaan.
9. Usaha Penyewaan Gerobak
Usaha ini sederhana namun memberikan penghasilan stabil.
Seorang mahasiswa pernah membagikan pengalamannya menyewakan gerobak angkringan kepada pedagang lain dengan tarif Rp13.000 per hari.
Karena memiliki banyak unit, pendapatannya pun mencapai jutaan rupiah per bulan.
Konsepnya serupa dengan investasi kecil — gerobak yang dibuat sekali dapat digunakan selama bertahun-tahun.
Dengan demikian, tanpa perlu berjualan sendiri, seseorang tetap dapat memperoleh penghasilan rutin.
10. Usaha Pengelolaan Toilet Umum
Meskipun terdengar sepele, usaha ini justru memiliki potensi besar. Toilet umum di pasar, terminal, atau kawasan wisata selalu dibutuhkan.
Tarifnya kecil, hanya sekitar Rp2.000 per orang, tetapi jika dalam satu hari ada 200 pengguna, pendapatan bisa mencapai Rp400.000.
Modal yang diperlukan adalah untuk pembangunan fasilitas dan pemeliharaan kebersihan.
Keuntungannya stabil setiap hari. Banyak pengelola toilet umum di kawasan wisata yang mampu meraih pendapatan jutaan rupiah per bulan.
Usaha ini sering dianggap kotor, tetapi justru menghasilkan keuntungan yang bersih.
11. Usaha Pertanian Hidroponik
Pertanian modern kini tidak hanya berkembang di kota, tetapi juga di desa. Banyak petani mulai menerapkan sistem hidroponik — metode menanam tanpa tanah dengan menggunakan air dan nutrisi.
Sebagai contoh, Bapak Samuel dari Indramayu mampu menghasilkan ribuan bungkus sayur segar setiap hari di lahan sempit, dengan omzet mencapai Rp75 juta per bulan.
Produk sayurnya dipasarkan ke pasar modern dan restoran. Hal ini membuktikan bahwa potensi pertanian modern di desa dapat menyaingi gaji pegawai di perkotaan.
Dari berbagai contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa desa bukanlah tempat untuk menyerah, melainkan tempat untuk memulai.
Jika dahulu orang pergi ke kota untuk mencari penghidupan, kini banyak yang justru kembali ke desa demi memperoleh ketenangan sekaligus keuntungan.
Potensi desa tersebar di mana-mana — mulai dari limbah kelapa hingga pemandangan sawah. Modal yang dibutuhkan tidak besar, tetapi hasilnya dapat luar biasa jika dikelola secara kreatif dan konsisten.
Selain itu, biaya hidup di desa yang lebih rendah membuat keuntungan usaha terasa lebih maksimal.(*)

COMMENTS